Pada dasarnya manusia diciptakan dengan rasa ketidakpuasan dan keingintahuan yang besar. Namun, banyak di antara Kita yang tidak peduli atau justru malah mengabaikan rasa itu. Contoh ketidakpuasan seperti orang yang sudah kaya namun masih ingin mencari uang dengan sebanyak-banyaknya dengan membuka bisnis lainnya atau bahkan melalui cara-cara yang tidak halal. Ada juga seorang kakek yang tetap ingin mengikuti ujian nasional meskipun di usia yang sudah terbilang uzur ditambah dengan rasa minder karena ejekan orang lain. Lain lagi dengan cerita eyang-eyang itu yang memiliki delapan istri. Beberapa contoh barusan adalah cermin ketidakpuasan akan sesuatu. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi rasa ketidakpuasan tersebut.

Ketidakpuasan juga dapat menimbulkan rasa keingintahuan. Keingintahuan rasa apabila punya istri delapan, keingintahuan rasa apabila menjadi orang terkaya dari yang paling kaya dan keingintahuan rasa menjadi orang terpintar dari yang paling pintar. Keingintahuan itu perlu. Iya, itu benar diperlukan apabila kita tidak ingin selalu berada di comfort zone sehingga membuat Kita seolah katak dalam tempurung. Sisi positif dari rasa keingintahuan dapat memotivasi Kita untuk menjadi makhluk hidup yang lebih baik serta memberikan variasi skill set yang tentunya dapat mendongkrak karir serta pendapatan kita. Namun sayangnya banyak di antara kita justru tidak sadar akan ketidakmampuan yang kita miliki sehingga rasa keingintahuan tersebut tidak dapat kita konversi menjadi motivasi untuk diri kita sendiri.

Di dalam dunia psikologi ada empat tahapan kompetensi atau istilahnya four stage of competence. Empat tahapan kompetensi ini menyinggung hal ketika manusia tidak sadar akan ketidakmampuannya, kemudian sadar akan ketidakmampuannya, sadar akan kemampuannya dan akhirnya tidak sadar (sudah biasa) akan kemampuannya. Proses inilah yang secara tidak sadar sudah kita lalui ketika belajar hal-hal yang baru.

Tidak percaya? mari kita lihat contoh berikut.

Anda memiliki kemampuan untuk mengendarai sepeda motor. Anda kemana-mana menggunakan sepeda motor kesayangan Anda. Anda lakukan itu selama bertahun-tahun. Pada tahan ini Anda masuk ke dalam tidak sadar akan ketidakmampuannya (Unconscious incompetence). Kemudian Anda melihat sesorang dapat mengendarai sebuah mobil. Kemudian Anda mulai menyadari bahwa Anda belum memiliki kemampuan tersebut. Sampai tahapan ini ada berada pada sadar akan ketidakmampuan (dalam mengendarai mobil). Andapun mencoba belajar menggunakan mobil. Dari menyalakan, memasukkan dan memindahkan perseneling, menginjak pedal gas dan pedal rem serta kopling. Anda mencoba belajar secara berurutan sehingga mobil dapat berjalan dengan sempurna. Setelah Anda sering melakukan hal tersebut kemudian menjadi sangat terbiasa, Anda akan masuk ke dalam tahapan tidak sadar akan kemampuan Anda. Anda secara otomatis melakukan tahapan di atas (menyalakan, memasukkan dan memindahkan perseneling, dst) tanpa perlu memikirkan urutan-urutannya sehingga mobil Anda dapat berjalan dengan baik. Betul, tidak?

Sekarang percaya kan kalau empat tahapan kompetensi selalu terjadi pada kehidupan kita sehari-hari. Tentunya, ini berlaku bagi Anda yang memiliki rasa keingintahuan akan hal-hal yang baru.

Sama seperti tagline pada blog saya ini, CURIOSITY. Selama Anda memiliki rasa penasaran akan sesuatu dan diikuti dengan niat untuk mencoba, Anda akan masuk ke dalam empat tahapan kompetensi tersebut.

So, tetap sehat, tetap semangat.

Lha?