Tempo hari gue mendapatkan info dari teman grup whatsapp kalau ada program emulator yang memungkinkan aplikasi mobile dijalankan pada platform PC atau desktop, namanya Bluestacks. Sebenernya ini bukan berita baru karena dulu juga pernah ada program serupa bernama Youwave Android yang berguna untuk melakukan simulasi pemrograman Android—biasanya digunakan oleh para developer. Bedanya kalau yang pertama gue sebutkan merupakan aplikasi gratis, sedangkan yang kedua merupakan aplikasi berbayar. Tapi sepertinya sekarang pemanfaatan software emulator sudah mengalami pergeseran fungsi yang justru lebih banyak digunakan oleh para end user. Ada tiga hal yang gue dapat alasan mengapa banyak pengguna yang memanfaatkan software emulator tersebut. Pertama adalah konsentrasi di depan layar PC. Sebagian besar karyawan-karyawan kantoran sekarang betah mantengin PC hingga berjam-jam. Awalnya memang karena tuntutan pekerjaan, namun tida dipungkiri juga dibalik workspace pekerjaanya terdapat tab lain berisi halaman facebook, twitter, atau situs jejaring sosial lainnya. Keadaan seperti ini membuat kita bekerja multitasking (baca: bolak-balik buka workspace kerjaan dan halaman jejaring sosial) sehingga tidak ada kesempatan untuk mantengin layar smartphone tercintahh :*

Alasan kedua adalah hemat baterai. Well, kalau ini memang permasalahan klasik semenjak era smartphone mulai booming. Sebetulnya pemakaian baterai bergantung pada beberapa faktor, diantaranya kekuatan sinyal—termasuk fetching data, pemakaian dan standby resources smartphone itu sendiri, biasanya LCD yang paling banyak makan idle resource. Kalau ditelisik kembali ke jaman dulu ketika telepon genggam masih sebatas melakukan aktifitas telepon dan sms banyak perusahaan telepon yang berlomba-lomba membuat kekuatan baterai menjadi tahan lama, bahkan seingat gue salah satu produk besutan Philips Xenium Series yang pernah dipakai bokap gue mampu standby selama  satu bulan!! pemakaian normal hanya telepon dan sms.

Alasan terakhir adalah.. eng..ing..eng.. HEMAT KUOTA! :p kalau yang ini nggak perlu dijabarkan lagi karena udah jelas sangat diidamkan manfaatnya buat para pengguna yang kuota internetnya terbatas (macem yang nulis nih artikel, hehe). Saking hematnya fitur data enable pada smartphone hanya diaktifkan pada waktu-waktu tertentu saja. Selain takut ada background proses yang makan data secara sembunyi-sembunyi, overload kuota juga bakalan jadi masalah serius buat kantong. Hahaha.

Jadi menurut gue era sekarang justru aneh, ketika para developer berlomba-lomba membuat aplikasi mobile yang dapat diakses kapanpun dan dimanapun, kebalikannya para pengguna justru berlomba-lomba meng-emulasi-kan aplikasi-aplikasi mobile tersebut ke dalam lingkungan desktop. Nah #TanyaKenapa