Siang sekitar dua hari yang lalu gue ditelpon sama bokap gue. Masalahnya sungguh gawat, asli gawat. Pintu rumah gue bisa kebuka sendiri! (padahal ngga ada orang sama sekali), bukan karena ada sensor atau teknologi apapun itu bentuknya sehingga bisa kebuka secara otomatis, melainkan hanya menyisakan dua kemungkinan, yaitu rumah gue kebobolan maling atauuu emang gue yang lupa ngunci pintu -_-“. Selepas ditelepon gue langsung ke depan mencari mobil ber-argo plus supir (baca: taksi). Dan tanpa bishi-bashi, eh salah, maksudnya basa-basi dan ngga pilah-pilih gue langsung naik taksi yang berwarna kuning itu menuju rumah gue di daerah pelatihan nasional.

Sepanjang perjalanan gue terus memikirkan kenapa itu pintu bisa kebuka sendiri ya? padahal gue yakin kok kalau kemarin terakhir dari sana udah gue kunci. Apa kunci pintunya yang rusak kali ya? tanya kenapa? lho?. Yaudahlah gue sih positif thinking aja mudah-mudahan ngga terjadi apa-apa. Diluar dari kecemasan tentang rumah gue merasa sangat ingin tahu tentang label yang tertera pada kaca depan taksi yang gue tumpangi. Disitu tertulis “TARIF BAWAH“. “Lho kenapa ngga tarif atas aja namanya? atau kenapa ga sekalian aja tarif samping biar keliatan uniknya,” pikir gue sambil nyengir. Daripada tambah penasaran akhirnya gue memberanikan diri untuk bertanya sama “si pak kusir supir yang sedang bekerja” -> kayak lagu aja yah, hehe.

“Pak, bedanya tarif bawah sama tarif biasa apa ya?,” gue mulai bertanya. Si pak supir mulai menjelaskan, “Oh kalo tarif bawah itu begini loh mas, .. bla .. bla ..bla.., sedangkan tarif normal itu begini.. bla .. bla.. bla..” Weekss dia malah ngomong panjang x lebar = luas. Kesimpulan yang dapat gue tarik kira-kira sbb;

Sebagai perbandingan gue akan memberikan gambaran dua taksi yang menempuh jarak 50KM (dengan catatan jalanan tidak macet).

Taksi kuning (yang gue naikin) -> tarif bawah -> buka pintu rp.5000 -> argo per menit (kalo berhenti) / 100m / rp.250

Taksi biru -> tarif normal -> buka pintu rp.6000 -> argo per menit (kalo berhenti) / 100m / rp.350

Hasil akhirnya bisa kita tentukan dengan rumus;

OT = OBP + argo (t) + (argo (m) x jarak (s))

Keterangan:
OT = Ongkos Taksi (rupiah)
OBP = Ongkos buka pintu (tiap taksi beda loh)
argo (t) = argo waktu / menit -> buat bayar AC :p
argo (m) = argo jarak / 100 meter -> buat bayar bensin
jarak (s) = jarak tempuh taksi

Dengan mengabaikan argo (t) karena jalanan lancar jaya, maka;

OT = OBP + (argo (m) x jarak (s))

OT taksi kuning = rp.5000 + (rp.250 x 50000m/100m) = rp.5000 + rp.125000 = rp.130000
OT taksi biru = rp.6000 + (rp.350 x 50000m/100m) = rp+.6000 + rp.175000 =  rp.181000

Wow selisih yang besar ya? rp.181000 – 130000 = rp.51000 -> lumayan bisa beli paket komplit dua biji nih di mcd 😀
Oya ongkos taksi diatas belum termasuk biaya tol dan tips loh (sukur kalo mau ngasih).

Nah sekarang balik lagi pada selera anda. Ada yang terbiasa dengan taksi karena supir yang ramah dan pelayanannya yang baik, adapula yang cenderung memikirkan nomimal sehingga menomorduakan masalah kenyamanan, dan juga ada yang ingin dua-duanya terpenuhi. Silahkan Anda tentukan dengan bijak pilihan taksi yang Anda inginkan.

ps: Taksi kuning yang gue naikin ternyata menerapkan tarif tol gratis untuk tujuan ke bandara cengkareng loh. Peraturan ini berlaku mulai tahun 2007 dan berlaku dari manapun Anda naik. Lumayan nih buat ngirit, hehehe.

Posted by my Lil`G via WordPress for Android.