Tahun 1992, Laruku dihadang masalah karena Hiro meninggalkan Laruku. tepat disaat Tetsu sudah mem-booking studio rekaman dan sejumlah live event sudah terdaftar sebagai waiting list. Tetsu yang panik segera mencari personil pengganti, la kemudian memanggil teman kecilnya yang pernah satu band dengannya semasa SMA, Ken. Saat itu Ken sedang menjalani kuliahnya Arsitektur di salah satu universitas di Nagoya. Ken terdaftar sebagai mahasiswa akhir yang tinggal 6 bulan lagi lulus. Tiba-tiba saja Tetsu menelpon, dan memberi tawaran bergabung dengan Laruku. Tetsu hanya memberi Ken waktu 3 hari untuk berpikir. Ken akhirnya menerima tawaran menjadi additional player Laruku dengan pikiran ‘ ngga ada salahnya membantu teman’. Tak disangka, Laruku semakin kebanjiran tawaran job. Hingga puncaknya, Laruku dikontrak menjadi major band oleh Sony Music Japan™. Ken mulai dilema, bingung memilih antara bergabung dengan Laruku dan menjadi gitaris sesuai cita-citanya. atau menjadi insinyur sesuai harapan keluarganya. Setelah dibujuk oleh Tetsu. Ken akhirnya memilih untuk berhenti kuliah dan bergabung dengan Laruku sebagai personil tetap. Hal ini membuat Ken diusir dari rumah orang tuanya dan mereka tidak mau berbicara lagi dengannya. Konon, hingga kini Ken maupun orang tuanya masih belum saling bertegur sapa. Laruku pun semakin sibuk manggung. Hingga pada 1 Oct 1992. mereka merekam Voice untuk Omnibus CD Gimmick. Sebulan berikutnya, single perdana Flood of Tears dirilis pada 25 Nov 1992 dengan jumlah terbatas, 1000 kopi single yang langsung sold out di Jepang. Hingga kini CD ini masih dicari orang, Malah saking langkanya, ada yang menjualnya seharga 60,000 yen, padahal harga originalnya 971 yen!.

Akhir Des 1992, Laruku kembali ditinggal personilnya, Kali ini yang mundur adalah Pero, setelah tampil live di Osaka Music Hall. Maka Tetsu kemudian sibuk mencari personil pengganti. Dengan pertimbangan mereka akan ke Tokyo untuk lebih sukses, maka ia fokus mencari pemain drum yang tinggal di Tokyo, Akhirnya, Telsu melihat Sakura di salah satu live house. Sakura sendiri saat itu tidak tahu ada band bernama L’ Arc en Ciel . la akhirnya setuju untuk bergabung dengan L’ Arc en Ciel mulai 16 Jan 1993. Setelah personilnya kembali lengkap, Laruku segera menjalani rekaman dibawah label indie Danger Crue Records. Untuk lagu I’m in Pain dan Wo Truth, mereka tidak memasukkannya dalam album ini karena kedua lagu itu buatan Hiro, dan diganti dengan lagu berjudul Shutting From the Sky. Sepanjang rekaman album DUNE, para personil Laruku [kecuali Sakura] tinggal di sebuah mansion tarif mingguan di Tokyo. DUNE akhirnya dirilis pada April 1993 dan berhasil meraih peringkat 1 Oricon chart sebulan kemudian. Hal ini membuat sejumlah major label tertarik untuk memproduseri Laruku, Kemudian mereka menggelar 2 tour “Close to DUNE” dan “Feel of DUNE”. Banyak masalah yang mereka hadapi saat menjalani debut ini. Saat itu. mereka masih sering merasa homesick dengan Osaka, sehingga sering bolak-balik Osaka-Tokyo selama 4 jam perjalanan dengan menggunakan mobil dari perusahaan. Seringkali Tetsu yang menjadi supir, karena Hyde dianggap terlalu pelan [baca: berhati-hati] dalam mengendarai mobil. Kalau Sakura yang tidak hafal jalan. sering nyasar. Sedangkan Ken membawa mobil ugal-ugalan, sehingga membuat Tetsu stres dan tidak bisa tidur di mobil.

Sept 1993, diputuskan seluruh anggota Laruku pindah ke Tokyo untuk mengembangkan karir. Hanya Hyde yang memilih telap tinggal di Osaka, karena ia tidak ingin jauh dari teman dan keluarga, serta merasa tidak kerasan dengan keadaan Tokyo yang terlalu metropolis, Ditanya plan menjadi major band. Tetsu berpikir banwa Sony adalah pilihan terbaik. Maka langkah selanjutnya ia mengontak Ki/oon yang merupakan sublabel dari Sony Record Japan. Pihak Sony pun berminat unluk memproduseri Laruku. Akhirnya, Laruku menggelar tour terakhirnya sebagai band indies dalam Nostalgia no Yokan dimana seluruh tiketnya habis terjual dalam waktu singkat. Mereka juga tampil dalam acara TV special “L’Arc en Ciel Valentine TV Special • Nostalgia no Yokan” untuk membahas mengenai konser ini, Hyde sempat berkata “Kami tidak akan pernah melupakan konser ini. Kami sangat bahagia dan akan berusaha lebln baik lagi untuk bisa mewujudkan impian kami. Seandainya ini menjadi menjadi live terakhir Laruku, aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Tapi kami semua pasti akan menangis di backstage setelahnya”.

Juli 1994, adalah saat bersejarah dimana Laruku menandatangani kontrak sebagai major band. Sebuah kehidupan baru pun dimulai. Kalau sebelumnya mereka bermusik sambil menjalani kerja part time, kini mereka berkonsentrasi penuh bekerja di dunia musik yang sebenarnya. Bagi Ken, melihat Laruku yang semakin bersinar, ia yakin suatu saat orang tuanya akan memaafkan dan mau menerimanya kembali ke rumah, Dibawah Sony Music Japan™, Laruku merilis single major pertama, Blurry Eyes. Single ini berhasil meraih peringkat teratas Oricon chart. Awal karir yang gemilang ini disusul dengan perilisan single kedua Vivid Colors yang menjadi ending theme untuk Guru Guru 99 [c/w song-nya, Brilliant Years menjadi ending theme untuk Shindora], dan album Tierra. Menurut Tetsu, Laruku tidak memilih mana single yang akan dijadikan hits. Saat itu mereka membuat musik hanya berdasarkan imajinasi mereka saja tanpa berpikir lagu tersebut yang akan menjadi ngetop.

Di tahun 1995, mereka merilis video And She Said, sekaligus menggelar tour INCLUB ’95 di 19 kota. Agustus 1995, Laruku melakukan promo besar-besaran keliling Jepang, Rendez-Vous Summer 1995. Di tahun ini, mereka merilis album ketiga, Heavenly yang berhasil meraih peringkat 3 Oricon chart. Banyak perubahan yang signifikan dalam album ini. Tetsu mengatakan, “Kami senang mencoba hal yang baru, Setiap mendengarkan lagu baru, rasanya kami ingin mendengarnya lagi dan lagi, Seandainya fans kami merasakan hal yang sama [walau hanya 2-3 orang], kami senang sekali!“. Laruku kemudian menggelar Tour Heavenly 1935, dimana tiket konsernya terjual habis dalam 9 hari. Pada salah satu konsernya, Ken sempat terjatuh dari panggung saat Hyde sedang menyanyikan Blurry Eyes. Pada 22 Sept 1995, Laruku pertama kali tampil di Music Station, sebuah acara musik nomor 1 di Jepang. Kehadiran Laruku dalam acara ini disambut dengan histeria penonton. Laruku juga merilis single ke-3, Natsuu no Yuutsu Itime to say good bye disusul dengan tour The Other Side of Heavenly 95.


Bisa tampil live di Budokan adalah impian semua musisi di Jepang. Dan Laruku merupakan salah satu yang berhasil mewujudkannya, Setelah 2 tahun menjadi major band, mereka berhasil tampil di Budokan pada 27 Des 1995. Mereka bisa manggung di tempat ini setelah setiap singles dan albumnya terjual tidak pernah kurang dari 100.000 kopi. Lirik lagunya yang dibuat Hyde selalu terdengar menyenangkan karena ia memakai kalimat metafora yang indah, mengandung harapan dan impian. Ditambah dengan melodi musik aransemen Tetsu, Ken dan Sakura, mengemas semua lagu menjadi semakin sempurna. Awal tahun 1996, Laruku merilis video live pertamanya yang berjudul heavenly-films’- dan 2 buah photobook. Heavenly yang berisi footage dari Heavenly tour, serta Heavenly X’ mas yang berisi foto-foto personil L`Arc. Tanpa menunggu waktu lama, mereka menggebrak lewat Tour Kiss Me Deadly 1996 pada bulan April. Hyde dan Tetsu mengatakan, mereka senang-senang saja memiliki banyak penggemar wanita. Namun mengetahui pada saat konser ini banyak penggemar pria yang hadir, mereka semakin senang, Itu berarti Laruku bisa diidolakan siapa saja tanpa didominasi oleh fans gender tertentu. Laruku merilis banyak karya di tahun 1996. Single ke-4, Kaze ni Kienaide dirilis 8 Juli. Lagu ini menjadi theme song Moeru Asia Taiyo di Fuji TV dan Music Park di Nippon TV, Setelah itu Laruku melanjutkan kegiatannya dengan menggelar konser Summer Tour BIG CITY NIGHTS AROUND 96.



Dalam rangkaian konser ini, Laruku kembali tampil di Budokan. Mereka juga merilis document book [IS] yang didalamnya terdapat data lengkap L’ Arc en Ciel dan single ke-5, Flower. Single ini berhasil meraih urutan ke-5 Oricon chart dan menjadi theme song untuk Pro Yakyu News, Kemudian single Lies and Truth yang meraih peringkat 6 Oricon chart dan menjadi theme song Towe Count Down. Di akhir tahun mereka pun merilis album ke-4, True. Album ini merupakan album tersukses sepanjang karir Laruku, karena di minggu pertamanya berhasil meraih peringkat 2 Oricon chart dan pada minggu ke-6 naik menjadi peringkat 1. Album ini dapat bertahan di chart selama 9 minggu dan menjadi album pertama Laruku yang terjual hingga 1 juta kopi! Melengkapi itu, mereka juga menggelar CONCERT TOUR 96-97 Carnival at True. yang tiketnya sold out dalam hitungan menit! Sayangnya, ditengah karir rnereka yang sedang menanjak, nama Laruku sempat tercemar. Sakura tertangkap akibat terlibat kasus heroin dan ironisnya, kasus ini berdekatan dengan perilisan single mereka The Fourth Avenue Cafe yang menjadi ending song Rurouni Kenshin, Akibatnya, single ini batal dirilis, dan masyarakat Jepang sempat memandang negatif pada Laruku. Tetsu yang kecewa langsung mengadakan press conference tentang hal ini. Setelah pengadilan menjatuhkan vonis 2 tahun penjara [dari tuntutan vonis yang seharusnya 3 tahun], Sakura resmi keluar pada 4 Nov 1997.


Karir Laruku mendadak terhenti. Selama masa postpone ini, Hyde-Tetsu-Ken membenluk trio bernama The Zombies. Mereka meng-cover version lagu mereka sendiri, juga lagu Maryiln Manson dan Nirvana. Laruku juga pergi ke Eropa untuk berlibur dan menjalani sesi pemotretan untuk buku biografi. Masa-masa terburuk yang dialami Tetsu dkk, karena eksistensi mereka seperti sedang mati suri. Hingga suatu nari, Tetsu berkenalan dengan Yukihiro. yang punya kegemaran sama dengannya [berrnain game]. Mengetahui Yukihiro adalah seorang drummer [mantan personil Die in Cries], Tetsu langsung mengajak Yukihiro untuk jam-session, Dan, Yukihiro pun menjadi additional player untuk single Niji.